
Perubahan Arus Lalu Lintas di Yogyakarta Mulai 10 Desember 2025
Mulai tanggal 10 Desember 2025, perubahan arus lalu lintas menuju Malioboro akan diberlakukan. Hal ini dilakukan karena Jembatan Kewek yang kini dinyatakan kritis dan hanya memiliki kekuatan konstruksi sekitar 20 persen, akan direnovasi secara keseluruhan.
Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Yogyakarta menerapkan rekayasa lalu lintas besar-besaran dengan membatasi kendaraan roda empat yang melewati jembatan tersebut. Menurut Kepala Dishub Kota Yogyakarta, Agus Arif Nugroho, penyelamatan fisik jembatan dan keselamatan pengguna jalan menjadi prioritas utama.
Secara strategis, Dishub bersama Satlantas Polresta Yogyakarta dan Dinas PUPKP telah menyiapkan langkah teknis, termasuk pembatasan kendaraan dan pengalihan arus. “Dalam waktu dekat kita akan melakukan penyelamatan sisi fisik jembatan. Kemungkinan hanya kendaraan roda dua yang boleh melintas, itu pun dalam kondisi tertentu,” ujarnya, Kamis (4/12/2025).
Portal Pembatas Ketinggian
Untuk mencegah kendaraan besar masuk ke area kritis, Dishub memasang portal pembatas 3,4 meter di Simpang Legend Kridosono. Beberapa aturan yang berlaku adalah:
- Bus besar dilarang masuk
- Bus sedang termasuk Trans Jogja masih diizinkan
- Mobil pribadi dan kendaraan logistik dialihkan ke jalur lain
Arif mengakui rekayasa ini berpotensi menyebabkan kepadatan arus di beberapa ruas. Namun ia menegaskan kondisi ini merupakan situasi darurat yang harus diterima bersama.
Rute Alternatif Menuju Malioboro
Berikut rute alternatif ke Malioboro selama perbaikan Jembatan Kewek:
- Dari arah Lempuyangan / Solo / Janti
Rute normal lewat Kewek ditutup untuk mobil.
Rute alternatif:
Kridosono - Jl. Suroto – Jl Jenderal Sudirman, Jl Mangkubumi – Malioboro
atau - Dari arah Utara / Tugu Jogja
Tugu – Jl. Mangkubumi – Malioboro
(Akses tetap normal dan menjadi rute utama pengalihan) - Dari arah Timur (Kotabaru) menuju Malioboro
Mobil tidak dapat langsung lewat Kewek.
Alternatif:
Simpang Gramedia – Jl Jenderal Sudirman-Jl Mangkubumi – Masuk Malioboro - Dari arah Selatan (Kotabaru / Stadion Kridosono)
Jl. Suroto – Jl Sudirman- Jl Mangkubumi – Malioboro
atau - Kendaraan roda dua
Masih diizinkan melintasi Jembatan Kewek secara terbatas, tetapi Dishub tetap menganjurkan pengguna motor mencari jalur aman agar tidak menambah beban konstruksi.
Antisipasi Kemacetan dan Imbauan untuk Warga
Dishub mengingatkan bahwa penyempitan jalur akan membuat kepadatan terjadi di pagi dan sore hari. Karena itu masyarakat diminta:
- Menghindari area Kewek bila tidak berkepentingan
- Menggunakan jalur alternatif yang disarankan
- Mengutamakan angkutan umum bila memungkinkan
“Kami berharap masyarakat memahami situasi force majeure ini. Semua langkah diambil untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan menjaga keamanan pengguna jalan,” tegas Arif.
Rekayasa ini akan mulai diberlakukan 10 Desember 2025 sambil menunggu penanganan konstruksi dari pemerintah pusat.
Arahan Sultan HB X
Kondisi Jembatan Kewek mendapat perhatian khusus dari Sri Sultan Hamengku Buwono X. Gubernur DIY itu menggelar pertemuan tiga jam dengan Wali Kota Hasto Wardoyo di Balai Kota Yogyakarta, Kamis (4/12/25) guna membahas hal itu. Pertemuan tersebut membahas isu tata kota, utamanya soal kondisi kritis Jembatan Kewek dan kelanjutan rencana full pedestrian Malioboro.
Gubernur DI Yogyakarta itu menyoroti kondisi Jembatan Kewek yang sudah membahayakan, sehingga harus diambil langkah strategis. Menurutnya, upaya antisipatif harus secepatnya dilakukan untuk mencegah kerusakan semakin parah, seiring intensitas hujan yang akhir-akhir ini terus meningkat.
"Masalahnya kan ada tahapan. Semua pakai dasar anggaran. Untuk sementara ini, untuk antisipasi, ya harus diperbaiki," katanya setelah pertemuan. "Dalam konteks agar tidak membahayakan, (di tengah) kemungkinan tanah longsor, atau makin turun (kekuatan konstruksinya), itu yang akan dilakukan," tambah Sultan.
Untuk menempuh rehabilitasi yang rencananya akan dilangsungkan secara total, ia menegaskan, bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) DIY sudah berupaya meminta bantuan anggaran, khususnya, dari pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Pasalnya, beban pembiayaan pembangunan Jembatan Kewek yang dibutuhkan mencapai hingga belasan miliar rupiah.
"Kami minta APBN, departemen, untuk bisa membiayai, yaitu PU. Tapi, kita sudah bisa menuyelesaikan sampai pembiayaan, ya kan? Total (kebutuhan anggaran) Rp19 Miliar," jelasnya.
Kerusakan Struktural
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, mengamini, jembatan bersejarah tersebut mengalami kerusakan struktural yang cenderung sangat serius. Berdasarkan kajian teknis, ujung jembatan yang sudah dibangun di era kolonial Belanda pada kisaran 1920-an itu telah patah dan mengalami pergeseran.
"Yang sekarang itu kan Jembatan Kewek patah, di ujungnya ada patah, geser 3 senti, terbuka 3 senti, turun 10 senti. Sampai di bawahnya itu juga anjlok. Kekuatannya tinggal 20-30 persen," ujarnya. Merespons kondisi tersebut, ia menyatakan, Sri Sultan HB X telah memberikan arahan untuk segera mengambil tindakan cepat guna mencegah kejadian yang tak diinginkan.
Sebagai langkah jangka pendek, Pemerintah Kota Yogyakarta akan membatasi akses kendaraan yang melintas di atas Jembatan Kewek, menjelang masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). "Salah satunya adalah menutup sebagian. Jadi, mungkin di situ hanya kita pulihkan lewat kendaraan kecil saja, sepeda motor dan sebagainya. Kendaraan lain yang berat-berat, tidak bolehkan," ujarnya.
Kabar Baik
Untuk jangka panjang, Hasto menegaskan, rehabilitasi total tak bisa ditawar lagi, mengingat usia jembatan yang sudah lebih dari 100 tahun dan harus dibongkar keseluruhan. Kabar baiknya, koordinasi intensif dengan pemerintah pusat melalui Kementerian PU berjalan mulus, seiring kesanggupan pendanaan untuk pembangunan ulang jembatan tersebut.
"Alhamdulillah sudah disanggupi dari Kementerian PU senilai Rp19 Miliar untuk dialokasikan di tahun 2026. Kita langsung diberikan persetujuan cepat untuk kemudian diakuisisi oleh APBN," jelasnya. Meski akan dibangun ulang secara total, aspek sejarah tak akan dihilangkan untuk menjaga nilai historis tinggi dari jembatan yang dibangun pada era Sri Sultan Hamengku Buwono VIII itu.
Ia memastikan, walau fasad jembatan saat ini tidak memiliki ornamen cagar budaya yang mencolok, pihaknya akan tetap melakukan dokumentasi dan preservasi narasi sejarah. "Kita harus mendokumentasi jembatan ini, membuat narasi, kemudian kita meninggalkan sebagian sebagai penanda. Ini bagian dari sejarah panjang yang dimulai dari Ngarsa Dalem Kedelapan," tuturnya.
Sejarah Jembatan Kewek
Jembatan Kewek atau juga disebut Kretek Kewek terdiri dari jembatan kereta api dan jembatan jalan raya yang melintas di atas Kali Code dan menghubungkan kawasan Kotabaru dan Malioboro, berdasarkan laman pariwisata.jogjakota.go.id.
Pada bagian atas Kretek Kewek terdapat jembatan kereta api dengan jalur ganda yang menghubungkan Stasiun Yogyakarta dengan Stasiun Lempuyangan. Sebelumnya, di tahun 2011, dilakukan renovasi dan pembangunan jalur ganda jaringan rel kereta api di Jembatan Kewek. Setelahnya, jalur rel yang melintasi jembatan Kleringan juga telah dielektrifikasi pada tahun 2020 untuk mendukung lalu lintas kereta rel listrik (KRL) di Yogyakarta.
Sedangkan di bagian bawah terdapat jembatan untuk kendaraan yang dikenal dengan nama Jembatan Kleringan. Setelah renovasi pada tahun 2012, nama Jembatan Kleringan yang menghubungkan Kecamatan Jetis dan Gondokusuman ini diganti dengan nama Jembatan Amarta.
Asal-usul Nama “Kewek”
Jembatan Kewek atau Kretek Kewek ada sejak dibangunnya jaringan rel kereta api dan Stasiun Lempuyangan yang dikelola oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappelijk (NIS) pada tahun 1872. Sedangkan asal-usul nama Kretek Kewek rupanya berawal dari lidah masyarakat Yogyakarta yang sulit melafalkan istilah dalam Bahasa Belanda.
Nama Kewek berasal dari istilah dalam Bahasa Belanda yaitu Kerk Weg yang artinya jalan menuju gereja, sementara Kretek adalah sebutan orang Jawa untuk bangunan jembatan. Hal ini merujuk keberadaan Gereja Santo Antonius di Kotabaru yang tidak jauh dari jembatan tersebut.
Pembangunan Kretek Kewek tidak terlepas dari pembangunan Kotabaru pada tahun 1920-an yang dilakukan Pemerintah Belanda. Saat itu dibangun akses untuk menyeberangi sungai Code dari arah Kotabaru menuju Malioboro, dikarenakan saat itu jembatan Gondolayu yang menjadi satu-satunya akses memilki rute yang lebih jauh.
Dengan struktur viaduk, desain jembatan ini bertujuan agar tidak terjadi penumpukan kendaraan akibat perlintasan kereta api mengingat lalu lintas yang cukup padat.
Saat ini, Kretek Kewek adalah salah satu bagian inti dari kawasan pusaka Kotabaru yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur DIY No 186/KEP/2011 tanggal 15 Agustus 2011 tentang Penetapan Kawasan Cagar Budaya. Jembatan Kewek juga masuk dalam daftar Potensi Heritage di Kota Yogyakarta tahun 2011 yang diterbitkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta.
Walau begitu, jembatan yang dikategorikan sebagai artefak non-bangunan gedung ini belum mengantongi surat keputusan penetapan sebagai warisan budaya atau cagar budaya. Meski belum ditetapkan sebagai cagar budaya, tetapi Kretek Kewek adalah bagian utama dari kawasan inti yang harus dilestarikan dan dijaga keasliannya. Itu sesuai dengan Perda Provinsi DIY No. 6 tahun 2012 tentang Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya, yang harus memperhatikan ciri asli, bentuk, dan fasad struktur jembatan itu.
0 Response to "Pengumuman Perubahan Arus Lalu Lintas di Malioboro Saat Jembatan Kewek Diperbaiki"
Posting Komentar